Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Relokasi Pabrik Garmen ke Jateng, Kota Semarang Kesulitan Cari Pekerja

Sebanyak 1.800 orang tenaga kerja dibutuhkan untuk mendukung relokasi pabrik garmen dari Jakarta. Sayangnya, hingga saat ini, lowongan tersebut masih sepi peminat.
Ilustrasi pekerja garmen./Bisnis-Rachman
Ilustrasi pekerja garmen./Bisnis-Rachman

Bisnis.com, SEMARANG - PT Binabusana Internusa (BBI) membutuhkan 1.800 orang tenaga kerja untuk mendukung relokasi pabrik ke Kota Semarang. Sayangnya, dua bulan sejak diumumkan, Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang mencatat peminat lowongan tersebut masih sangat minim.

"Padahal ini persyaratannya mudah, pendidikan SMP boleh. Difabel bisa. Yang belum bisa jahit akan diajari, yang sudah bisa jahit bisa menjadi koordinator dan levelnya lebih tinggi," jelas Sutrisno, Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang, Senin (21/2/2022).

BBI sendiri merupakan perusahaan garmen yang beroperasi di Kawasan Industri Wijayakusuma. Perusahaan tersebut memproduksi aneka jenis pakaian olahraga. Hasil produksi dipasarkan hingga ke mancanegara, salah satunya Jepang. BBI juga menjadi salah satu mitra Adidas di Asia Tenggara.

Sutrisno menyayangkan minimnya peminat lowongan pekerjaan tersebut. Pasalnya, pihaknya secara khusus telah meminta BBI untuk memprioritaskan masyarakat Kota Semarang untuk mengisi posisi tersebut.

"Ini padahal kami menego betul dengan BBI. Beri kesempatan kami supaya warga Kota Semarang dulu. Semisal terpaksa, baru sekitar Semarang lah. Kita ingin teman-teman di Kota Semarang bisa berekonomi lebih baik," jelasnya.

Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan lowongan pekerjaan lain yang dibuka Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang. "Lowongan penarik pajak di Pemerintah Kota Semarang itu pendaftarnya berduyun-duyun," jelas Sutrisno.

Minimnya minat masyarakat untuk melamar pekerjaan tersebut juga menjadi anomali tersendiri. Pasalnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka Pengangguran Terbuka di Kota Semarang masih terbilang tinggi.

Pada tahun 2020 saja, angka Pengangguran Terbuka di Kota Semarang mencapai 98.001. Angka tersebut terus merangkak naik, hingga pada tahun 2021 berada di posisi 98.718. Bandingkan misalnya dengan Kota Salatiga yang memiliki angka Pengangguran Terbuka di 8.145. Atau Kabupaten Kendal, yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang, dengan angka Pengangguran Terbuka 40.298.

Menurut Sutrisno, kondisi tersebut menguatkan dugaan bahwa status pekerja pabrik di Kota Semarang masih dipandang sebelah mata. Hal tersebut juga didorong oleh pergeseran pola pikir dalam masyarakat, khususnya di generasi muda.

"Kalau dulu, orang bekerja ingin seragam. Berangkat pagi pulang sore. Anak-anak sekarang tidak senang berseragam, tidak senang formalitas, sehingga dia lebih sering mengandalkan informasi teknologi. Pergeseran ini yang memang usaha kita masih sebagian besar usaha fisik, belum usaha teknologi," jelas Sutrisno.

Selain pergeseran pola pikir tersebut, rendahnya antusias warga Kota Semarang untuk bekerja di pabrik juga disebabkan oleh beberapa alasan. "Ini banyak masalah, mungkin. Satu, informasi itu tidak sampai pada masyarakat. Yang kedua, antara keinginan bekerja dengan lowongan yang ada tidak cocok. Kemudian yang ketiga memang kecenderungan masyarakat Kota Semarang untuk bekerja di pabrik itu bukan pekerjaan yang kurang pas. Ini masih ada," jelas Sutrisno.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper