Bisnis.com, SOLO - Uang ganti rugi (UGR) untuk proyek tol Solo-Jogja tengah berjalan dan sudah terealisasi di sebagian desa.
Sebanyak 31 desa yang tersebar di Kecamatan Polanharjo, Delanggu, Karanganom, Ceper, Ngawen, Kebonarum, serta Jogonalan telah menerima UGR.
Tersisa 19 desa lagi yang akan menerima UGR untuk proyek pembangunan tol Solo-Jogja.
Kasi Pengadaan Tanah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Klaten Sulistiyono mengatakan, nilai total UGR yang sudah dibayarkan di 31 desa itu sekitar Rp1,7 triliun.
Jumlah bidang lahan yang sudah dibebaskan sebanyak 1.938 bidang dari total 3.961 bidang lahan yang tersebar di 50 desa di 11 kecamatan.
“Untuk pengadaan tanah tahun ini insyaallah selesai. Tinggal nanti untuk pengadaan fisik,” kata Sulistiyono, Selasa (12/7/2022).
Baca Juga
Sementara itu, PT Jogjasolo Marga Makmur (JMM) selaku badan usaha pengelola jalan tol Solo-Jogja-YIA Kulonprogo menargetkan pembangunan jalan tol Solo-Jogja seksi 1 dari Kartasura-Purwomartani rampung akhir 2023. Saat ini, proyek fisik sudah memasuki wilayah Kecamatan Ngawen, Klaten.
Salah satu warga penerima UGR tol di Desa Granting, Jumakir, mengatakan total luas lahan miliknya yang dibebaskan untuk pembangunan jalan tol sekitar 2.540 meter persegi.
Lahan terdampak miliknya itu berupa sawah, dengan nilai total UGR yang dia terima Rp2,4 miliar.
Sebagian dana itu bakal digunakan untuk mengembangkan Pondok Pesantren (Ponpes) yang dia kembangkan selama beberapa tahun terakhir.
Terkait nilai UGR yang dibayarkan, Jumakir menilai lebih tinggi dibandingkan harga tanah berupa sawah pada umumnya di wilayah Granting.
Dia menjelaskan harga sawah di wilayah Granting rata-rata per meter persegi Rp350.000-Rp400.000. Sementara, nilai UGR sawah terdampak tol rata-rata Rp900.000 per meter persegi.