Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembeli Perumahan di DIY Didominasi Anak Muda

Prinsipnya karena perumahan itu kebutuhan dasar, anak-anak muda ini yang saya temui saat beli perumahan pengen beli rumah di usia muda untuk menunjang rencana.
Foto udara pembangunan perumahan bersubsidi./Antara-Mohamad Hamzah
Foto udara pembangunan perumahan bersubsidi./Antara-Mohamad Hamzah

Bisnis.com, YOGYAKARTA — Pasar properti khususnya perumahan di DIY didominasi oleh anak muda. Pengembangan properti menjadikan mereka target pasar yang lebih prospektif. Kemampuan pembiayaan mereka yang lebih memilih kredit jangka panjang juga lebih diminati perbankan.

Rata-rata umur konsumen perumahan di DIY yang paling banyak berkisar 30 tahun. Bahkan kelompok anak muda dengan umur 22 tahun sudah mulai banyak yang membeli rumah.

Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) DIY Ilham Muhammad Nur menyebut sejak tiga tahun terakhir kelompok usia muda sudah mendominasi pasar properti. “Prinsipnya karena perumahan itu kebutuhan dasar, anak-anak muda ini yang saya temui saat beli perumahan pengen beli rumah di usia muda untuk menunjang rencana berkeluarganya agar lebih sehat dengan perumahan yang proporsional,” jelasnya, Rabu (21/12/2022).

Ilham menjelaskan tren anak muda yang mendominasi pasar perumahan ini mematahkan asumsi bahwa generasi mendatang tak membutuhkan rumah tapak. “Tren di Amerika dan negara barat lain kan menyebut anak muda disana tak butuh rumah, hanya butuh ruang kecil saja. Tapi di Indonesia terutama DIY itu tidak berlaku,” katanya.

Sayangnya, Ilham tak dapat menunjukan data banyaknya anak muda yang sudah membeli properti. “Kalau data memang belum ada, tapi itu jadi kenyataannya, silahkan cek pengembang-pengembang lain. Mereka pasti jawab pembeli properti mereka dua tahun terakhir pasti banyak anak mudanya,” tegasnya.

Dalam memilih properti, jelas Ilham, penting untuk memastikan bahwa pengembang yang dipilih sudah terpercaya. “Tidak bisa dipungkiri ada pengembang abal-abal di DIY, yang menjual properti tanpa legalitas bahkan hanya tipu-tipu saja, yang jelas kami di REI DIY memastikan anggota kami benar-benar menyediakan layanan yang baik dan aspek legalitasnya teruji,” ujarnya.

Ilham menegaskan bagi anak muda yang tertarik membeli rumah untuk tidak tergiur harga murah. “Legalitas itu mudah mengeceknya, pembeli cukup meminta sertifikat tanahnya, memastikan lokasi rillnya dimana, jika masih ragu tanyakan ke perbankan terkait pengembang tersebut. Perbankan punya data yang akurat terkait pengembang yang memang benar-benar profesional,” ucapnya.

Tren anak muda yang mendominasi pasar properti diamini staf pemasaran Sumber Baru Land, Hesti Indar Rini. “Memang anak muda yang paling banyak jadi customer kami, mereka juga jadi target utama pemasaran kami,” katanya, Rabu siang.

Hesti menjelaskan anak muda memiliki nilai prospektif dalam pasar properti karena kemampuan pembiayaan mereka kebanyakan menggunakan sistem kredit. “Kredit yang mereka pilih dalam pembiayaan ini menguntukan bank, mereka juga terbukti punya etos kerja yang baik sehingga menunjukan indikasi kredit macet sedikit,” jelasnya.

Kebanyakan dari kelompok anak muda yang membeli properti, jelas Hesti, merupakan warga DIY. “Mereka yang paling banyak ini anak muda DIY yang bekerja di luar DIY, terutama di sektor pertambangan di Kalimantan dan Papua. Secara finansial mereka mampu dan prospektif,” ujarnya.

Tak hanya perumahan kluster yang notabene didominasi kelas ekonomi menengah-atas, kelompok anak muda juga meminati perumahan subsidi. Pengembang Bumi Arofatuna Selaras yang menyediakan perumahan subsidi juga menjadikan anak muda sebagai target pasarnya.
“Kalau di kami yang paling mendominasi sebagai pembeli berkisar di umur 30 tahun, terhitung masih muda juga,” kata staf pemasaran Bumi Arofatuna Selaras, Rizki Oktariadi.

Rizki menjelaskan kebanyakan anak muda yang memilih perumahan subsidi karena lebih terjangkau. “Harga perumahan subsidi kami dari paling murah Rp150 juta sampai Rp300 juta, mereka rebutan bahkan untuk dapat perumahan subsidi,” jelasnya.

Meskipun tergolong subsidi, Rizki menyebut banyak juga pengembang abal-abal yang memanfaatkan perumahan subsidi sebagai modus penipuan. “Karena tingginya minat ke perumahan subsidi memang banyak yang menjadikannya sebagai modus penipuan. Mudah mencegahnya, tinggal tanyakan ke perbankan apakah pengembang subsidi tersebut layak atau tidak,” ujarnya.

Meskipun murah, Rizki menegaskan untuk tidak mudah tergiur harga perumahan subsidi. “Beberapa kali menemukan anak muda yang tertipu perumahan subsidi karena tergiur harga murah. Modusnya rencana pembangunan artinya perumahannya belum dibangun, kalau begini harus dicek sertifikat tanahnya bisa menunjukan atau tidak selain cek ke bank,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Triyo Handoko
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : JIBI/Harian Jogja
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper