Bisnis.com, SEMARANG — Ancaman banjir di Semarang tidak hanya berasal dari limpasan air laut atau banjir rob, tetapi juga dari kenaikan curah hujan. Saat kedua faktor itu tak terkendali, banjir terjadi dan menyebabkan dampak ekonomi yang signifikan. Kejadian sepekan terakhir misalnya, menyebabkan akses transportasi terganggu, termasuk perjalanan kereta api dan akses ke tol.
Adapun penanganan banjir dilakukan dengan penambahan mesin pompa air untuk mengatasi genangan dan dalam jangka panjang membangun kolam penampungan retensi. Opsi pembangunan kolam ini memerlukan pembebasan lahan, yang tentu memerlukan waktu lebih lama.
Pelaksana Tugas Wali Kota Semarang Hevearita G. Rahayu di Semarang, Rabu (4/1/2023), mengatakan pengadaan lahan tersebut antara lain untuk pembangunan kolam retensi dan normalisasi sungai.
Ia menyebut dibutuhkan lahan seluas 250 ha untuk membangun kolam retensi yang nantinya menjadi tulang punggung pengendalian banjir di wilayah Semarang bagian timur. "Nantinya aliran Sungai Babon dan Sringin akan masuk ke situ," katanya.
Selain itu, kata dia, masih dibutuhkan pembebasan sekitar 11 ha lahan untuk program normalisasi Sungai Plumbon sepanjang 4,8 meter.
Untuk pengendalian banjir di wilayah barat, lanjut dia, masih dilakukan pembebasan lahan guna pekerjaan Jembatan Sungai Bringin serta jembatan rel KA yang melintas di atasnya.
"Anggaran normalisasi dan peninggian jembatan ada di Kementerian PUPR, Pemkot Semarang tinggal menyediakan lahan agar normalisasi berjalan," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, pelaksanaan pembebasan lahan tersebut membutuhkan dukungan anggaran.
Ketua DPRD Kota Semarang Kadarlusman akan mendorong agar program penanggulangan banjir bisa berjalan baik. Ia mencontohkan kebutuhan anggaran untuk normalisasi Sungai Plumbon sekitar Rp200 miliar.
Infrastruktur Tidak Siap
Wakil Ketua Komisi D DPRD Jawa Tengah Hadi Santoso menyebut pembangunan infrastruktur pengendali banjir di Kota Semarang mendesak diselesaikan dalam waktu dekat. “Faktor kesiapan infrastruktur juga menjadi problem,” katanya di Semarang, Rabu.
Sistem drainase di Kota Semarang yang menumpuk juga memberi andil dan menjadi salah satu faktor banjir meluas. Hampir semua drainase di wilayah bawah atau pesisir Kota Semarang tidak mampu mengalirkan debit air yang berlebih ke sungai saat hujan berintensitas tinggi.
“Faktor penyebab lainnya adalah belum selesainya sistem pengendali banjir di Kota Semarang terutama tol laut Semarang-Demak dan Semarang Pelabuhan," ujarnya.
Ia mengungkapkan, pada proyek Jalan Tol Semarang-Demak rencananya dibangun polder yang cukup banyak dengan kapasitas tampung yang sangat besar, namun sampai hari ini belum ada progres penyelesaiannya.
Desain Ulang Tol
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mendesain ulang Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1 Ruas Kaligawe-Sayung untuk mengatasi dampak banjir yang sering terjadi di daerah tersebut.
"Kita re-design jalan tol untuk tangani banjir dan rob. Kontrak sudah ada, dan penyedia jasanya (juga). Tahun ini mulai dikerjakan," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono saat mengecek penanganan banjir di Rumah Pompa Kali Sringin, Kota Semarang, Selasa.
"Jalan tol akan kita tinggikan, jalan di bawah juga akan ditinggikan, sehingga di bawahnya tidak tergenang lagi," ia menambahkan.
Basuki mengatakan, pengerjaan peninggian bagian Jalan Tol Semarang-Demak yang diperkirakan membutuhkan waktu sekitar enam bulan rencananya dilakukan setelah Hari Raya Idul Fitri tahun 2023 agar tidak mengganggu lalu lintas kendaraan semasa mudik.