Bisnis.com, SEMARANG — Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Jawa Tengah, Frans Kongi, optimistis dalam menyambut tahun 2023 ini. Meskipun pada pengujung tahun 2022 hingga awal tahun ini terjadi bencana banjir di beberapa daerah di Jawa Tengah, namun Frans mengungkapkan bahwa sektor manufaktur masih bisa beroperasi secara normal.
"Kebetulan banjir ini kita tidak kena untuk industri, pabrik-pabrik tidak terpengaruh. Transportasi darat sampai sekarang belum ada laporan dari teman-teman di daerah. Kalau ada ya mereka pasti komplain," kata Frans saat dihubungi Bisnis, Senin (9/1/2023).
Frans menyampaikan bahwa kinerja manufaktur yang pada saat pandemi hanya mampu beroperasi di 20-30 persen dari kapasitas normal, kini mulai digenjot kembali. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh mulai tumbuhnya permintaan dari negara tujuan ekspor juga dalam negeri.
Pernyataan Frans tersebut menepis anggapan pelemahan sektor manufaktur Jawa Tengah akibat turunnya kebutuhan impor pada November 2022. Sebelumnya, dilaporkan bahwa nilai impor Jawa Tengah mengalami penurunan 7,71 persen (month-to-month) atau 10,98 persen (year-on-year) pada November 2022.
Penurunan permintaan impor itu terjadi pada beberapa komoditas penyumbang produksi tekstil dan garmen. Dilaporkan, bahan baku seperti filamen buatan, kapas, juga serat stapel buatan mengalami penurunan impor paling signifikan pada November 2022.
Frans mengungkapkan bahwa pihaknya telah memprediksikan perbaikan peningkatan ekspor pada beberapa bulan mendatang. Dikatakan bahwa saat ini kondisi perekonomian global masih mengalami guncangan akibat krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Frans mengatakan bahwa Apindo telah memperkirakan bahwa pada Maret 2023 mendatang kondisi itu bakal terus mengalami perbaikan.
"Secara umum, Jawa Tengah sendiri masih sangat prospektif. Industri kita ke depan ini optimis betul. karena pemerintah mau tidak mau, secara nasional, dia akan menarik investasi untuk banya masuk. Kalau tida ya celaka kita ini. karena penduduk begini banyak, rata-rata penduduk kita juga masih membutuhkan pekerjaan," kata Frans.
Pada perkembangan lain, Frans menyebut kemudahan usaha menjadi salah satu dukungan yang diperlukan bagi para investor. Pasalnya, sejak periode 2000-an, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang kurang ramah bagi industri.
"Satu, mengenai peraturan perundangan di bidang investasi. Itu sangat njelimet, bertumpuk, tumpang tindih, prosedurnya juga berbelit-belit. Itu ekonomi biaya tinggi yang bikin investor jengkel, tidak mau masuk. Kedua, diberlakukannya UU No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan sehingga Indonesia mengalami deindustrialisasi," jelas Frans.
Apindo Jateng Optimistis Kinerja Manufaktur Membaik Tahun Ini
Apindo Jawa Tengah telah memprediksikan perbaikan peningkatan ekspor pada beberapa bulan mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : M Faisal Nur Ikhsan
Editor : Miftahul Ulum
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
9 jam yang lalu
Di Balik Aksi Lo Kheng Hong Borong Puluhan Juta Saham PGAS
13 jam yang lalu
Tekanan Berganda Harga Batu Bara dari China
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
13 jam yang lalu
ISAT Perkenalkan IM3 Platinum ke Warga Semarang
18 jam yang lalu
Bank Jateng Dukung Perkembangan Unissra
1 hari yang lalu