Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Dukung Hilirisasi Pertanian untuk Jaga Inflasi di Jateng

Investasi pada sektor pertanian serta agroindustri masih cukup menjanjikan dan bahkan menjadi preferensi di beberapa negara.
Ilustrasi - Orang-orangan pengusir burung di sawah/Wikipedia
Ilustrasi - Orang-orangan pengusir burung di sawah/Wikipedia

Bisnis.com, SEMARANG — Hilirisasi industri pada sektor usaha pertanian kian mendesak buat dilakukan Jawa Tengah. Pemerintah daerah dinilai perlu menekan alih fungsi lahan pertanian yang kian tergerus pembangunan infrastruktur.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Tengah, Gunawan Wicaksono, mengatakan bahwa kontribusi sektor pertanian cukup besar terhadap perekonomian Jateng. 

"Karena pertanian ini termasuk besar pangsanya dan ini menentukan juga nanti untuk ke inflasi nanti. Kalau tidak kita perhatikan, besok-besok inflasinya tinggi dan memakan angka pertumbuhan ekonomi Jateng," ujarnya, Rabu (1/3/2023).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, dari lima komoditas dengan andil inflasi terbesar pada Februari 2023, tiga di antaranya merupakan produk pertanian.

Beras, bawang merah, dan bawang putih menyumbang masing-masing 0,0899 persen, 0,0433 persen, dan 0,0219 persen bagi laju inflasi Jawa Tengah pada Februari 2023. Adapun inflasi tahun kalender Jawa Tengah pada Februari 2023 berada di 0,61 persen. Sementara inflasi tahun ke tahun di angka 5,81 persen.

Lebih lanjut, Gunawan menjelaskan bahwa dalam riset dan pemetaan yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, investasi pada sektor pertanian serta agroindustri masih cukup menjanjikan dan bahkan menjadi preferensi di beberapa negara.

"Memang agroindustri ini makin ke sini orang cari makanan sehat dan potensinya Jawa Tengah itu sangat-sangat besat. Karena Jateng punya banyak produk yang dihasilkan dan ternyata laku," jelas Gunawan.

Atas potensi tersebut, Gunawan mengingatkan agar Jawa Tengah dapat menekan alih fungsi lahan pertanian yang kian tergerus pembangunan infrastruktur. Baik infrastruktur transportasi maupun industri.

"Itu menjadi penyangga. Ternyata semua negara mengakui, ketika resesi terjadi, yang paling harus negara punya adalah cadangan pangan yang kuat. Dan itu diakui, Amerika Serikat melakukan itu, Eropa, Jepang, melakukan itu. Karena ini penting supaya negara itu sustain. Jawa Tengah punya kemungkinan buat cadangan pangan itu dan kita bisa jadi penyangga," jelasnya.

Sayangnya, hingga hari ini, sektor usaha pertanian relatif belum terlalu menguntungkan. Hal tersebut terlihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Tengah. Pada Februari 2023, meskipun NTP berada di angka 109 atau mengalami kenaikan 0,26 persen dibanding Januari 2023, namun jika ditelisik lebih lanjut maka sebagian besar subsektor usaha pertanian tengah mengalami kontraksi.

Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah, Adhi Wiriana, mengungkapkan bahwa nilai tambah sektor usaha pertanian di Jawa Tengah memang masih lebih rendah dibandingkan industri pengolahan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi, misalnya saja ketergantungan hasil produksi dengan kondisi iklim.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : liputan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper