Bisnis.com, SEMARANG — Pemulihan ekonomi Jawa Tengah pada 2023 diprakirakan terus berlanjut, didorong oleh permintaan domestik yang semakin membaik dan tekanan inflasi yang terus menurun dan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra menjelaskan bahwa secara keseluruhan perekonomian Provinsi Jawa Tengah pada 2023 diperkirakan tetap positif dengan kisaran pertumbuhan sebesar 4,5% - 5,3% (yoy), meski lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.
Menurutnya, dari sisi permintaan, perlambatan bersumber dari penurunan kinerja ekspor. Hal tersebut seiring dengan penurunan kinerja ekspor utama Jawa Tengah, yaitu TPT, alas kaki, kayu dan furnitur, serta mamin.
"Saat ini, beberapa industri telah melakukan pengurangan jam kerja dan karyawan sebagai dampak penurunan produksi akibat permintaan ekspor yang mulai melambat," katanya, Selasa (28/3/2023).
Ia menambahkan untuk kinerja investasi Jawa Tengah diperkirakan akan meningkat seiring dengan relokasi beberapa perusahaan ke Jawa Tengah, yang akan mulai beroperasi secara bertahap pada 2023.
"Beberapa perusahaan PMA yang berinvestasi di Jawa Tengah, juga akan mulai beroperasi pada semester I/2023. Selain itu, percepatan penyelesaian KIT Batang pada 2022 diperkirakan akan menarik beberapa investor untuk berinvestasi di Jawa Tengah," jelasnya.
Baca Juga
Sementara itu, lanjutnya Inflasi Jawa Tengah pada tahun 2023 diperkirakan akan kembali kepada sasaran inflasi 3%+1% (yoy). Sesuai mandat, Bank Indonesia akan berusaha menjaga capaian inflasi tersebut.
"Untuk itu, koordinasi kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi perlu terus diperkuat terutama dalam menghadapi sejumlah risiko terkait gangguan pasokan dan distribusi domestik," tambahnya.
Selanjutnya, dalam rangka menjaga kestabilan harga dan pasokan komoditas pangan strategis, Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Tengah mempersiapkan berbagai program pengendalian inflasi di tahun 2023.(k28)