Bisnis.com, SEMARANG - Kontraksi pada komponen pengeluaran ekspor menjadi ganjalan bagi pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah di kuartal II/2023 ini.
"Ekspor pada kuartal ini merupakan komponen pengeluaran yang mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif, dimana penurunan komponen ekspor ini sebesar 2,34 persen (yoy), jelas Dadang Hardiwan, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah pada Senin (7/8/2023).
Dilihat secara kuartalan, pengeluaran ekspor dilaporkan turun 4,58 persen dibandingkan Kuartal I/2023. Adapun pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah masih berkisar di angka 5,23 persen (yoy).
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah, Ratna Kawuri, menyebut lima negara utama tujuan ekspor Jawa Tengah adalah Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, Jerman, serta Korea Selatan.
"Kalau data sampai dengan Mei, memang ada penurunan ekspor dibanding periode yang sama pada tahun 2022," jelasnya saat dihubungi Bisnis.
Ratna menyebut, buat mengatasi pelemahan tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berupaya buat memperluas pasar ekspor sembari memperkuat struktur industri yang sudah ada. Langkah ekspansif diambil utamanya terhadap negara-negara tujuan ekspor nontradisional.
Baca Juga
"Harus ekspansif ke negara emerging market. Tetapi tentu ini butuh upaya keras karena kalau bicara pelemahan ekonomi di negara-negara tersebut, berarti ini menjadi tantangan global," jelas Ratna.
Lebih lanjut, selain memperluas pasar ekspor ke negara nontradisional, Ratna juga menyebut Jawa Tengah bakal fokus buat meningkatkan penjualan produk industri ke pasar domestik.
Ekonom Universitas Diponegoro, Wahyu Widodo, sepakat dengan potensi pasar dalam negeri tersebut. Terlebih dengan kinerja sejumlah lapangan usaha seperti informasi dan komunikasi, akomodasi, juga pertanian.
"Kemungkinan masih akan menolong pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Untuk manufaktur, kemungkinan akan terus melambat di kuartal III/2023. Realistisnya, tahun 2023 Jawa Tengah tumbuh antara 4,8-5,2 persen dengan potensi ke atas lebih besar, artinya akan tetap di atas 5 persen," jelas Wahyu kepada Bisnis.
Wacana pembatasan penjualan produk impor di lokapasar juga membawa peluang tersendiri buat Jawa Tengah. Wahyu menyebut wacana tersebut bakal membuka ruang gerak bagi industri lokal yang selama ini mesti bersaing dengan barang impor.
"Dengan catatan, mereka bisa merespons dengan cepat perubahan aturan tersebut. Kalau responsnya lambat dan harga domestik menjadi lebih mahal, maka tekanan terhadap pertumbuhan bisa terjadi dari sisi konsumsi domestik," jelas Wahyu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News