Bisnis.com, SEMARANG — Pertumbuhan perekonomian Jawa Tengah pada kuartal II/2023 berada di angka 5,23 persen secara year-on-year (yoy). Angka tersebut berada di atas laju pertumbuhan nasional sebesar 5,17 persen (yoy).
"Meskipun tidak lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan year-on-year pada kuartal II/2022, namun angka pertumbuhan ekonomi lima persen ini adalah capaian yang patut diapresiasi di tengah kondisi ketidakpastian global," jelas Dadang Hardiwan, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, Senin (7/8/2023).
Dadang menjelaskan, pelemahan kinerja perekonomian global terlihat dari proyeksi International Monetary Fund (IMF) yang menyebut pertumbuhan ekonomi global bakal berada di sekitar tiga persen pada 2023-2024 mendatang.
"Lambatnya percepatan ekonomi pada kuartal II/2023 bila kita bandingkan dengan Kuartal II/2022 secara year-on-year dan cumulative-to-cumulative (c-to-c) ini karena adanya faktor low base effect yang terjadi pada 2022 lalu," jelasnya.
Kinerja ekspor Jawa Tengah menjadi catatan lantaran mengalami kontraksi yang cukup serius baik secara tahunan maupun kuartalan. Secara tahunan, komponen pengeluaran ekspor Jawa Tengah dilaporkan mengalami kontraksi 2,34 persen (yoy).
Sementara itu, kontraksi 4,58 persen terjadi secara quarter-to-quarter (q-to-q). Dadang menyebut, penurunan kinerja ekonomi di lima negara tujuan utama ekspor Jawa Tengah menjadi penyebab kontraksi pada komponen pengeluaran ekspor.
Baca Juga
"Ada lima negara yang menjadi mitra dagang utama Jawa Tengah, yaitu Amerika Serikat, Jepang, China, Malaysia, dan Jerman. Kelima negara ini kalau ditotalkan ini menyerap ekspor Jawa Tengah sebesar 58,65 persen," jelasnya.
Sebelumnya, Frans Kongi Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Jawa Tengah, menyebut bahwa kinerja manufaktur pada sektor garmen dan tekstil Jawa Tengah memang tengah melemah.
"Ekspor sebenarnya pesanan juga banyak, tapi realisasinya tidak banyak. Karena memang di luar negeri sekarang masih fluktuatif. Perang Ukraina-Rusia masih begitu, orang lebih cenderung keluarkan untuk makan dan energi," jelasnya saat dihubungi Bisnis beberapa waktu lalu.
BPS mencatat, pada Juni 2023 lalu, neraca perdagangan Jawa Tengah mengalami defisit US$91,30 juta. Pada kelompok perdagangan nonmigas, neraca perdagangan dilaporkan surplus US$327,45 juta.
Ekspor nonmigas Jawa Tengah pada Juni 2023 berada di angka US$860,63. Angka tersebut turun 6,41 persen dibanding periode Mei 2023 lalu. Adapun kinerja ekspor untuk sektor industri pada Juni 2023 dilaporkan mengalami penurunan 6,48 persen secara month-to-month (m-to-m) dan 18,93 persen (yoy).