Bisnis.com, SEMARANG - Bencana banjir yang terjadi di wilayah pantai utara Jawa Tengah seperti di Kota Semarang, Kota Pekalongan, Kabupaten Demak, juga Kabupaten Grobogan dipastikan belum banyak menganggu produksi dan ketersediaan pangan.
"Ada penurunan, tapi tidak sampai mempengaruhi ketersediaan, [apalagi] sampai defisit lagi, tidak seperti itu. Jadi sampai Lebaran masih aman," ucap Dyah Lukisari, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, Jumat (15/3/2024).
Pada perkembangan lain, Dyah mengungkapkan bahwa jelang Idulfitri, ketersediaan komoditas pangan di Jawa Tengah mulai membaik. Misalnya pada komoditas beras. Jika pada Januari-Februari lalu stoknya di Jawa Tengah sempat mengalami defisit, pada Maret ini stok komoditas beras mulai berangsur mengalami surplus.
"Ini karena sudah mulai ada panen, tentu harga sudah mulai bergerak turun untuk beras," ucap Dyah saat ditemui di sela-sela kegiatannya di Kota Semarang.
Dyah menjelaskan bahwa masih ada beberapa komoditas pangan lain yang mengalami defisit. Seperti bawang putih, gula, juga telur. Pergerakan harga masih jadi penyebab utama.
Dyah menjelaskan beberapa peternak ayam petelur terpaksa mengurangi populasi ternak lantaran tingginya harga pakan. Sementara itu, untuk bawang putih, Dyah menjelaskan ketersediaannya masih bergantung pasokan impor.
Baca Juga
Sayangnya, hingga awal Ramadan, masih sedikit importir yang merealisasikan impor bawang putih."Ini harus direalisasikan, kuotanya kan sudah dipegang masing-masing importir. Tapi masih sedikit," ucap Dyah.
Hingga Jumat (15/3/2024) siang, Panel Harga Badan Pangan Nasional mencatat rata-rata harga bawang putih bonggol di tingkat pedagang eceran di Jawa Tengah sekitar Rp36.410/Kg. Sementara itu, untuk harga gula konsumsi dan telur ayam ras masing-masing di Rp17.130/Kg dan Rp30.890/Kg.
Adapun untuk beras kualitas medium di Jawa Tengah harganya di angka Rp14.450/Kg atau 1,33% lebih tinggi dibanding rata-rata nasional yang berkisar di Rp14.260/Kg.Sebelumnya, Direktur Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menyebut musim panen raya bakal menurunkan harga beras di pasaran. Namun demikian, penurunan harga tersebut tidak akan serendah periode sebelumnya.
Bayu juga mengungkapkan bahwa secara nasional terjadi defisit ketersediaan beras pada akhir 2023 dan awal 2024. Puncaknya, pada Januari 2024 lalu, terjadi defisit hingga 1,6 juta ton beras. "Ini yang membuat semuanya mahal," ucapnya saat ditemui Bisnis di Universitas Diponegoro pada awal Maret lalu.