Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada 867 Kasus Stunting di Kota Semarang, Akhir 2024 Ditargetkan Tuntas

Wali Kota Semarang menyebut, perlu dilakukan pengawasan kepada ibu hamil penderita Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan anemia.
Direktur Eksekutif Asia Pacific Center for Ecohydrology (APCE) UNESCO Ignasius Sutapa (kiri) dan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu (kanan) di Lobby Kantor Wali Kota Semarang pada Jumat (22/3/2024)./Bisnis-Vatrischa Putri Nur Sutrisno.
Direktur Eksekutif Asia Pacific Center for Ecohydrology (APCE) UNESCO Ignasius Sutapa (kiri) dan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu (kanan) di Lobby Kantor Wali Kota Semarang pada Jumat (22/3/2024)./Bisnis-Vatrischa Putri Nur Sutrisno.

Bisnis.com, SEMARANG - Saat ini, angka stunting di Kota Semarang masih tersisa 867 kasus. Jumlah tersebut sudah menurun drastis dibandingkan tahun sebelumnya, yang mana terdapat 1300-an kasus stunting pada akhir tahun 2023.

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menarget angka sunting di Kota Semarang menjadi nol di akhir tahun 2024.“Saat ini, Bulan Februari kemarin ya, karena kan Maret belum berakhir. Jadi Februari kemarin, untuk Kota Semarang tinggal 867 kasus. Sekarang diimplementasikan untuk penanganan stunting yang diharapkan di 2024 akhir, jadi zero stunting,” ungkapnya kepada wartawan saat ditemui di Lobby Kantor Wali Kota Semarang pada Jumat (22/3/2024).

Saat ini, angkta presentasi stunting di Kota Semarang tergolong rendah, yakni menyentuh 1,01%. Meski begitu, Ita menyampaikan, masih perlu adanya kewaspadaan kepada ibu-ibu hamil yang saat ini menderita Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan anemia.

“Tapi ini perlu diwaspadai, masih ada ibu-ibu yang KEK dan anemia. Ini harus dilakukan penanganan. Makanya tadi sudah kami sampaikan, dilakukan program siaga stunting untuk betul-betul memotret masing-masing anak stunting dan ibu hamil,” jelasnya.

Untuk program siaga stunting sendiri, Ita mengatakan pihaknya masih melakukan review dan arahan pembuatan parameter, sehingga harapannya beberapa minggu lagi sudah ada finalisasi.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Asia Pacific Center for Ecohydrology (APCE) UNESCO Ignasius Sutapa mengapresiasi kinerja Pemerintah Kota Semarang dalam menangani stunting.

“Ada kesempatan saya berdiskusi melihat sejauh mana dilakukan percepatan penurunan prevelensi di Jateng, khususnya Kota Semarang. Di Semarang ini penanganan dari hulu sampai hilir, saya lihat ada penurunan yang signifikan, sudah mendekati komprehensif,” katanya.

Menyempurnakan inovasi penanganan stunting, Ignas memberi arahan kepada Pemerintah Kota Semarang untuk membuat parameter stunting karena factor stunting itu tidak hanya tunggal.“Memang untuk stunting itu faktornya bukan factor tunggal. Kami biasanya memang yang pertama asupan, gizi. Ada juga yang berkaitan dengan behavior atau kebiasaan. Dan ketiga, kesehatan lingkungan seperti sanitasi dan air bersih. Tiga-tiganya harus disentuh dalam waktu yang bersamaan,” terangnya.

Harapannya setelah dilakukan inovasi stunting, Kota Semarang bisa menjadi modal awal ke depan mempersiapkan model penanganan penurunan prevalensi yang pas, sehingga bisa menjadi contoh bagi wilayah lain.

“Ini menjadi modal awal ke depan karena barangkali kita membutuhkan model-model yang pas dalam percepatan prevalensi stunting, mudah-mudahan Kota Semarang dengan keberhasilannya, bisa dijadikan diimplementasikan secara nasional,” jelasnya./Bisnis-Vatrischa Putri Nur Sutrisno.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper