Bisnis.com, SEMARANG - Ekonomi Jawa Tengah masih tumbuh positif hingga kuartal II/2024. Pada periode tersebut pertumbuhan ekonomi dilaporkan berada di angka 4,92% (year-on-year/yoy) atau sedikit lebih rendah dibanding kuartal I/2024 yaitu 4,97% (yoy).
Rahmat Dwisaputra, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Tengah, menjelaskan bahwa permintaan domestik lewat konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada Kuartal II/2024.
Kinerja konsumsi di Jawa Tengah terlihat dari beberapa indikator. Seperti Indeks Penjualan Ritel yang naik dari 85,57 poin menjadi 98,87 poin, serta Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang masih pada kisaran optimis di angka 135,68 poin.
"Sementara itu, pertumbuhan investasi yang tinggi sejalan dengan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan swasta yang masih berlangsung. Beberapa proyek tersebut antara lain Bendungan Jlantah, Jalan Tol Yogyakarta-Bawen, dan pengembangan fase 2 Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB)," jelas Rahmat, dikutip Kamis (12/9/2024).
Rahmat menjelaskan bahwa Kantor Perwakilan BI Provinsi Jawa Tengah mengupayakan pertumbuhan yang lebih kuat dan solid melalui beberapa langkah strategis. Empat langkah tersebut antara lain melalui pertumbuhan investasi, stabilitas inflasi, perkembangan perekonomian syariah, serta sistem pembayaran.
Penguatan ekosistem perekonomian syariah dilakukan salah satunya melalui keterlibatan Jawa Tengah dalam Festival Ekonomi Syariah (FESyar) di Kawasan Jawa 2024 pada 13-15 September 2024 mendatang di Surabaya.
Baca Juga
Sementara pada aspek pembayaran, BI telah menggandeng Dinas Perhubungan Kota Semarang untuk menggelar program parQRIS berupa potongan biaya parkir secara nontunai melalui Quick Response Indonesian Standard (QRIS).
Rahmat menyampaikan bahwa program parQRIS ditujukan untuk 5.300 transaksi pertama pada periode 17-30 September 2024. Program tersebut mencakup lebih dari 10 titik parkir di Kota Semarang.
"Diharapkan melalui program elektronifikasi tersebut dapat mendorong peningkatan pendapatan asli daerah, mengurangi biaya cash handling, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas transaksi pemerintah daerah," jelasnya.
Lebih lanjut, pada Kuartal III/2024, BI memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah masih berada di tren positif. "Pertumbuhan masih bersumber dari konsumsi rumah tangga serta Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT), sebagai dampak positif penyelenggaraan Pilkada serentak pada 2024," jelas Rahmat.
Selain itu, Rahmat juga menjelaskan bahwa kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN), Upah Minimum Provinsi (UMP) 2024, serta stimulus fiskal dan makroprudensial menjadi faktor pendorong lain yang ikut mendorong laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah.