Bisnis.com, SEMARANG - Pelemahan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah (Jateng) dipicu oleh kinerja sektor padat karya atau manufaktur yang tumbuh secara terbatas.
Alhasil, pertumbuhan ekonomi Jateng selama tahun 2024 berada di angka 4,95% secara year-on-year (yoy). Lebih rendah dibandingkan tahun 2023 yang sempat mencapai 4,96% (yoy).
"Salah satu faktor yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan adalah pertumbuhan sektor industri pengolahan padat karya yang relatif terbatas, sehingga berdampak pada perlambatan konsumsi rumah tangga," jelas Rahmat Dwisaputra, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Tengah, Jumat (7/2/2025).
Secara kuartalan, perekonomian Jawa Tengah pada Kuartal IV/2024 mengalami pertumbuhan sebesar 4,96% (yoy). Lebih baik dibandingkan Kuartal III/2024 sebesar 4,93% (yoy). Konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan utama dari sisi pengeluaran. Sementara itu, dari sisi lapangan usaha, sektor usaha pertanian memberikan kontribusi terbesar.
"Konsumsi rumah tangga tumbuh 5,26% (yoy) sejalan dengan hasil Survei Keyakinan Bank Indonesia pada Indeks Keyakinan Konsumen yang mencerminkan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi, berada pada level optimis yaitu 135,77," jelas Rahmat dalam siaran pers.
Rahmat menambahkan, peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut dipengaruhi oleh perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) serta libur panjang. Konsumsi pemerintah yang melakukan percepatan realisasi anggaran pada akhir tahun juga ikut memberikan andil, meskipun masih terkontraksi.
Baca Juga
"Dari sisi lapangan usaha, sumber pertumbuhan [pada Kuartal IV/2024] terutama berasal dari sektor pertanian yang tumbuh lebih baik dari kuartal sebelumnya," jelas Rahmat. Kinerja positif tersebut didukung oleh kondisi cuaca pada pengujung tahun 2024 yang cenderung terkendali. "Sehingga mendorong peningkatan produksi padi dan hortikultura," tambahnya.
BI memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah masih akan terjaga dengan baik. Rahmat menyebut, pertumbuhan masih akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Adapun dari sisi lapangan usaha, sektor usaha pertanian Jawa Tengah diproyeksikan bakal mencatat kinerja yang lebih baik seiring prakiraan cuaca yang relatif lebih terkendali dibanding tahun 2024 silam.
"Untuk melanjutkan tren pemulihan ekonomi Jawa Tengah yang berkesinambungan, diperlukan langkah-langkah yang lebih strategis dan sinergi kebijakan antara pemerintah daerah dan Bank Indonesia, serta keterlibatan pelaku usaha dalam mempertahankan produktivitas sektor-sektor utama dan menjaga iklim investasi tetap kondusif," jelas Rahmat.