Bisnis.com, SEMARANG—Dua pasang calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah, saling beradu komitmen dalam mengatasi kemiskinan di provinsi tersebut. Isu sosial tersebut menjadi menarik lantaran Jateng menjadi daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi kedua di Pulau Jawa.
Dalam menghadapi sekaligus menangani persoalan tersebut, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sudirman Said-Ida Fauziyah menjanjikan akan menyediakan 5 juta lapangan kerja selama 5 tahun kepemimpinannya apabila terpilih.
Angka tersebut diklaim oleh pasangan nomor urut 2 tersebut target realistis kendati diragukan oleh sejumlah pihak. Keyakinannya itu didasarkan pada banyaknya jumlah desa yang mencapai 8.000, yang diasumsikannya setiap desa akan dapat memunculkan 5-10 lapangan kerja per tahunnya.
“Target kami kemiskinan akan turun jadi 6% dalam 5 tahun dengan cara ciptakan 5 juta lapangan kerja,” ujar Sudirman dalam debat tahap pertama Pilgub Jateng 2018, Jumat (20/4).
Ida menambahkan, upaya lain yang akan diambil adalah dengan mendorong peran serta kaum perempuan, yang diklaimnya sebagai kaum paling terdampak kemiskinan. Dia pun berencana mencitakan satu juta wirausahawan perempuan dan kaum muda.
Sementara itu, pasangan cagub dan cawagub nomor urut satu Ganjar Pranowo-Taj Yasin menjanjikan akan menyediakan sejumlah insentif berupa akses modal beserta pendampingan beserta pelatihan kerja.
Ganjar dalam hal ini mencontohkan upayanya selama ini dalam mewujudkan sejumlah nelayan di Demak yang ingin mendapatkan akses insentif dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Selain itu, serupa dengan janji yang diungkapkan Sudirman Said-Ida Fauziyah, pihaknya juga akan meningkatkan peran serta kaum perempuan dalam menciptakan lapangan kerja.
Adapun, Yasin menyebutkan upaya lain dalam menekan angka kemiskinan adalah dengan membangunan sentra kulakan di seluruh kabupaten di Jateng, melalui program yang dinamainya Ekotren.
“Ekotren akan dibangun di beberapa lokasi yang strategis, seperti di sekitaran lokasi keagaman dan tempat ibadah seperti masjid atau pondok pesantren,” ujarnya.
Seperti diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin di Jateng per September 2017 mencapai 12,23%. Jumlah tersebut menjadi yang tertinggi kedua setelah DIY di Pulau Jawa.