Bisnis.com, SOLO - Suasana Dukuh Tumang, Desa Cepogo, Kabupaten Boyolali, siang itu begitu tenang layaknya sebuah tempat yang jauh dari hingar bingar perkotaan. Namun, di beberapa sudut terdengar suara hentakan logam yang saling bersahutan tanpa henti. Lempengan tembaga ditempa martil.
Geliat sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM) di dukuh kecil ini terlihat dari tarian tangan-tangan terampil para pengrajin yang secara saksama menempa dan membentuk tembaga maupun kuningan yang ada di tangan mereka. Logam berwarna kekuningan tersebut disulap menjadi berbagai bentuk yang memiliki nilai jual tinggi.
Rutinitas kegiatan di salah satu klaster kerajinan logam (tembaga dan kuningan) binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo (KPwBI Solo) tersebut tidak akan didapatkan di tempat lain. Pasalnya, saat ini mungkin hanya Tumang sentra kerajinan tembaga dan kuningan di Indonesia yang masih mengandalkan teknik tempa untuk pembuatan produknya. Keahlian para pengrajin di sentra kerajinan tembaga padat karya tersebut telah diwariskan secara turun-temurun.
Kerajinan logam Tumang pun telah berevolusi. Bukan lagi sekadar untuk peralatan rumah tangga, namun telah berkembang ke arah pembuatan produk bernilai seni tinggi. Banyak karya seni relief kaligrafi dan gambar dengan berbagai motif dan tema, yang pada umumnya hampir memiliki kesamaan dengan motif-motif relief lain, terutama motif pada seni relief ukir yang dibentuk sedemikian rupa.
Karya tersebut banyak dicari untuk perlengkapan eksterior dan interior perkantoran, vila, hotel, dan ornamen seni lainnya. Produk-produk ini tidak hanya menyasar pasar domestik saja, namun juga berorientasi ekspor.
Potensi ekspor industri padat karya yang dapat berkontribusi pada peningkatan devisa ini menjadi salah satu pertimbangan KPwBI Solo terus melakukan pendampingan terhadap Klaster Logam Tumang. Dalam komitmennya, KPwBI Solo menyatakan siap memberikan pendampingan kepada Klaster Logam Tumang dengan harapan IKM tersebut dapat meningkatkan kualitas dan desain produknya agar semakin berdaya saing di tingkat global serta mendapatkan kemudahan baik dalam melakukan impor bahan bakunya maupun melakukan ekspor hasil-hasil produksinya.
Baca Juga
Sejak tahun lalu, ada beberapa kegiatan pendampingan yang telah dilakukan oleh KPwBI Solo untuk memperkuat proses bisnis Klaster Logam Tumang. Pendampingan tersebut dilakukan melalui beberapa pelatihan, seperti pelatihan pemasaran yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas desain produk dan mendorong perluasan pasar melalui e-commerce, pelatihan pencatatan untuk meningkatkan akses ke lembaga keuangan formal, hingga pelatihan kelembagaan untuk memperkuat soliditas klaster yang baru terbentuk.
Selain itu, KPwBI Solo juga berupaya meningkatkan jejaring Klaster Logam Tumang dengan mengikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan pameran berskala nasional, seperti Pameran Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2018. Pendampingan lainnya, yaitu melalui pembentukan koperasi untuk mendapatkan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor bagi IKM (KITE – IKM).
Dengan terbentuknya koperasi yang diberi nama Koperasi KITE Tembaga Tumang, maka hal ini diharapkan dapat memotong rantai distribusi dalam melakukan ekspor produk maupun impor bahan baku, tanpa melalui perantara. Keberadaan perantara merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi dalam pengembangan IKM di Tumang. Apabila IKM mampu melakukan ekspor maupun impor sendiri melalui Koperasi yang terbentuk, diharapkan ongkos produksi dapat ditekan sehingga meningkatkan daya saing produk.
Ketua Koperasi KITE Tembaga Tumang Muhammad Mansur mengatakan orientasi ekspor produk Tumang mencapai 50% dari kapasitas produksi antara 100-150 ton per tahun. Adapun tujuan ekspornya telah mencakup seluruh benua. Pasar Amerika dan Eropa menjadi yang utama. Di samping itu, pasar Asia Timur, seperti Jepang pun memiliki permintaan yang tidak sedikit atas produk-produk dari Tumang tersebut.
Sayangnya, dari orientasi ekspor yang mencapai separuh dari kemampuan produksi tersebut, hanya sebagian kecil saja yang diekspor langsung oleh pengrajin. Sebagian besar dijual melalui perantara. Hal inilah yang menjadi keprihatinan Mansur dan KPwBI Solo terkait pengembangan pasar ekspor kerajinan tembaga Tumang. Dia menyadari, manfaat yang diterima oleh pengrajin tak akan seoptimal apabila transaksi dilakukan langsung kepada pembeli.
"Sekarang kebanyakan diekspor lewat perantara. Ini tantangan bagi kami untuk bisa keluar dari zona nyaman. Memang ribet, tapi harus didorong untuk bisa ekspor langsung," tutur Mansur kepada Bisnis.
Sebagai Ketua Koperasi, Mansur memahami bahwa mendorong para pengrajin untuk lebih giat berhubungan dengan pembeli langsung tidak mudah. Berbekal pendampingan yang telah diperoleh dari KPwBI Solo dan instansi lain, dia pun mencoba memberi contoh dengan mengikuti berbagai pameran di luar negeri meskipun sebagian dananya harus dirogoh dari kocek sendiri.
Untuk tahun ini saja, setidaknya ada empat negara yang didatangi Mansur untuk memamerkan produk-produk kerajinan tembaga Tumang, mulai dari Laos, China, Rusia, sampai Perancis. Rencananya ada satu negara lagi yang akan dikunjungi di akhir tahun, yakni Spanyol. Hasilnya memang tidak instan, namun Mansur yakin peluang untuk bisa memasarkan produknya secara langsung bakal terbuka lebar.
Berbagai potensi dan tantangan yang menghadang pengembangan pasar ekspor Klaster Logam Tumang memang menjadi perhatian KPwBI Solo. Pengembangan pasar ekspor industri padat karya menjadi salah satu fokus KPwBI Solo karena mampu berkontribusi dalam peningkatan devisa sebagai salah satu upaya menjaga stabilitas nilai rupiah.
Kepala KPwBI Solo Bandoe Widiarto mengatakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kerajinan Tumang sebenarnya bisa menjadi jawaban atas masalah perekonomian yang sedang menerpa saat ini, yakni defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang mengganggu stabilitas nilai rupiah.
"UMKM seperti ini yang perlu kita perhatikan karena jelas-jelas bisa menghasilkan devisa yang penting bagi perekonomian Indonesia. Ekspornya harus terus didorong agar bisa memberikan kontribusi bagi penurunan CAD yang pada akhirnya dapat memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi ke depan," katanya kepada Bisnis.
KPwBI Solo, tambahnya, telah menyatakan siap memberikan pendampingan kepada Klaster Logam Tumang. Namun, Bandoe mengakui bahwa hal tersebut memang butuh komitmen dan sinergi dengan berbagai pihak terkait.
"Kami ingin memperkuat industri kecil yang sudah ada di Tumang dengan memfasilitasi pemasarannya. Kalau selama ini pemasarannya melalui perantara, kami ingin potong mata rantailah istilahnya dan ini yang memang cukup menantang. Langkah awal yang telah dilakukan, yakni membantu proses pengurusan ijin ekspor dan impor langsung oleh Koperasi KITE Tembaga Tumang," ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga mendorong pariwisata di Tumang sebagai salah satu bentuk pengembangan potensi daerah selain IKM logam itu sendiri. Selain diajak untuk berbelanja, wisatawan dapat menikmati keragaman dan keunikan karya seni pengrajin Tumang, termasuk cerita sejarah/asal muasal Kerajinan Logam Tumang. Menurutnya, hal tersebut akan mampu menarik wisatawan dan memberikan dampak yang cukup positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
"Upaya KPwBI Solo untuk turut mendorong geliat pariwisata di Tumang itu sejalan dengan telah dinobatkannya Kawasan Tumang menjadi desa wisata yang mengkhususkan diri dalam industri kerajinan logam," tambahnya.
Jika dilihat dari skalanya, industri kerajinan logam Tumang memang belum bisa dikatakan besar. Namun, industri-industri kecil berorientasi ekspor inilah yang menjadi salah satu solusi dan jawaban untuk mendorong perekonomian yang lebih berkualitas, menjanjikan, dan resilience melalui jalur ekspor dari UMKM. Hal ini merupakan salah satu manifestasi kehadiran Bank Indonesia di setiap makna Indonesia.