Bisnis.com, SOLO – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo menilai pertumbuhan asuransi umum di Soloraya bagus meski perekonomian cenderung melambat.
OJK Solo mencatat update terakhir asuransi umum mengalami pertumbuhan 3% pada Juni 2018 jika dibandingkan bulan yang sama (year on year) tahun sebelumnya.
Kepala Bagian Pengawasan Industri Keuangan Non Perbankan OJK Solo, Tito Adji Siswantoro, mengatakan pertumbuhan asuransi di Soloraya bagus, meski ekonomi melambat. Meskipun demikian, pihaknya berharap peran masyarakat lebih banyak dalam berasuransi.
“Masyarakat sudah makin memahami, tapi mereka harus tahu hak dan kewajibannya, jangan asal ikut asuransi. Mereka kadang tahu hanya haknya saja, tidak tahu kewajibannya,” paparnya kepada JIBI, akhir pekan lalu.
Lebih lanjut Tito menerangkan pertumbuhan asuransi umum Soloraya sebesar 3% pada Juni 2018 (yoy) ini ada pada klaim. Jika Juni 2017 lalu klaim mencapai Rp70,812 miliar, maka pada Juni 2018 naik menjadi Rp72,945 miliar.
Di sisi lain, premi asuransi umum Soloraya naik 114% pada Juni 2018 (yoy). Di bulan yang sama tahun lalu, premi asuransi mencapai Rp134,195 miliar. Sedangkan Juni 2018 ini premi asuransi umum sudah Rp287,47 miliar.
“Kami berharap peran masyarakat lebih banyak dalam berasuransi. Mereka sudah melek sehingga industri asuransi terus tumbuh,” imbuhnya.
Menurutnya, meski sebagian besar masyarakat sudah terkaver Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, tapi warga tetap banyak mencari asuransi kedua. Terlebih produk asuransi sekarang dikemas berbarengan dengan investasi. Dengan demikian, masyarakat merasa terlindungi dengan adanya asuransi sekaligus berinvestasi.
Sedangkan jaringan kantor asuransi di Soloraya ada sebanyak 243 unit per Mei 2017. Jumlah ini dengan rincian, asuransi umum 45 unit, asuransi jiwa 35 unit, lembaga pembiayaan 145 unit, Pegadaian 16 unit, dan perusahaan penjamin dan Taspen 2 unit.
Sementara itu, Kepala Cabang MNC Asuransi Solo, Angling Khrisna Adhi, menambahkan tantangan ke depan dunia asuransi adalah memberikan kepercayaan kepada konsumen melalui pelayanan klaim maupun jasa secara transparan.
“Pasar di Solo untuk asuransi masih bagus. Namun demikian, tinggal asuransi yang harus pintar-pintar memasarkan produk mereka,” ujarnya.
Menurutnya, adanya BPJS Kesehatan yang masuk kategori asuransi jiwa tak mempengaruhi asuransi swasta. Hal ini tinggal bagaimana asuransi memberikan produk tambahan kepada masyarakat.
Di sisi lain, asuransi yang paling dicari masyarakat berhubungan dengan kredit dan jiwa. Ia mencontohkan apapun jenis kreditnya yang dibutuhkan konsumen adalah keamanan. Misalnya kredit pinjaman, mobil, rumah, lebih amannya mereka butuh asuransi dalam hal keamanan kredit tersebut.
“Kebutuhan konsumen akan kredit bisa sampai 85%. Di saat terjadi apa-apa asuransi yang dipakai yang akan membantu mereka,” jelasnya.