Bisnis.com, MAGELANG – Kenaikan harga cabai dan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Jawa Tengah kerek inflasi Jateng capai 2,13% pada Oktober lalu. Kendati demikian, angka inflasi dirasa wajar karena tidak terjadi lonjakan harga yang cukup tingt di Jawa Tengah.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jateng Hamid Ponco Wibowo mengatakan, kenaikan BBM pada Oktober lalu membuat Jateng mengalami inflasi begitupun dengan naiknya cabai merah. Di sisi lain, kenaikan harga jeruk juga menjadi salah satu penyumbang inflasi di Jateng.
"Naiknya harga BBM dan cabai menyumbangkan inflasi terbesar di Jateng. Meskipun beberapa waktu lalu di Jateng mengalami panen cabai, namun harga masih saja mahal," kata Ponco, Senin (5/11/2018).
Ponco menambahkan menjelang akhir tahun biasanya tren inflasi akan meningkat. Hal itu, dipicu dengan kenaikan harga sejumlah bahan pokok dan ongkos transportasi menjelang akhir tahun.
Menurutnya, prediksi kenaikan inflasi akhir tahun merupakan tren yang terjadi secara rutin. Sebab, kecenderungan perilaku masyarakat menjelang akhir tahun selalu konsumtif.
"Tren akhir tahun biasanya angka inflasi akan melonjak. Ini dipicu perilaku masyarakat yang cenderung konsumtif serta kenaikan ongkos transportasi. Sebab jelang akhir tahun biasanya banyak orang berpergian ke luar kota," ujarnya.
Sementara itu, lanjut Ponco pihaknya juga bekerjasama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk menekan inflasi serendah mungkin. Hal ini dilakukan agar kestabilan harga terkendali dan tidak ada lonjakan yang signifikan.
"Kami bersama Pemerintah Provinsi sampai akhir tahun menekan inflasi agar kestabilan harga tetap terjaga dan tidak ada lonjakan harga yang tinggi," katanya.