Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Jateng Optimis Salurkan Kredit Rp51,4 Triliun

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) optimis dapat menyalurkan kredit senilai Rp51,4 triliun pada 2019, naik 11,98% year on year (yoy) dari Rp45,9 triliun pada 2018.
Bank Jateng Kantor Cabang Kudus./Antara-Akhmad Nazaruddin Lathif
Bank Jateng Kantor Cabang Kudus./Antara-Akhmad Nazaruddin Lathif

Bisnis.com, SEMARANG—PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) optimis dapat menyalurkan kredit senilai Rp51,4 triliun pada 2019, naik 11,98% year on year (yoy) dari Rp45,9 triliun pada 2018.

Direktur Bisnis Ritel dan Unit Usaha Syariah Bank Jateng Hanawijaya menyampaikan, per September 2019 perusahaan sudah menyalurkan kredit sebesar Rp48,59 triliun, naik 6,63% yoy dari sebelumnya Rp45,57 triliun. Kontribusi kredit konvensional senilai Rp45,73 triliun (naik 6,09% yoy), sedangkan pembiayaan syariah Rp2,87 triliun (naik 16,13% yoy).

Artinya, Bank Jateng sudah mencapai 94,53% dari total target penyaluran kredit 2019 sebesar Rp51,4 triliun. Perincian jenis kredit itu ialah Rp47,85 triliun konvensional dan Rp3,55 tiliun pembiayaan syariah.

“Kami optimis mencapai target kredit Rp51,4 triliun pada 2019 dengan sejumlah strategi,” tuturnya kepada Bisnis, Sabtu (19/10/2019).

Menurutnya, Bank Jateng akan memertahankan dan meningkatkan captive market dalam kredit ke pegawai negeri. Pemerintah juga memercayakan kuota Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp1 triliun.

Tim mikro sejumlah 60 unit di berbagai wilayah di Jateng diharapkan memberikan kontribusi kredit senilai Rp1 triliun pada akhir tahun, dari posisi per September 2019 senilai Rp908 miliar. Bank Jateng juga mencapai alokasi dana dari Kementerian Koperasi dan UMKM untuk menyalurkan dana Rp400 miliar.

Untuk memacu kredit, Bank Jateng pun menyasar pembiayaan proyek-proyek dari Pemda, dan melakukan sindikasi dengan sesama BPD.

Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) per September 2019 meningkat tajam 19,64% yoy menuju Rp62,45 triliun dari sebelumnya Rp52,19 triliun. Sampai akhir 2019 target DPK sebesar Rp53,5 triliun.

Hanawijaya menuturkan DPK dari nasabah ritel bertumbuh seiring dengan kesertaan Bank Jateng dalam penyelenggaraan Borobudur Marathon dan konser Westlife, tabungan hadiah Bima, serta berbagai deposito berhadiah.

Adapun, dana dari nasabah korporasi diperoleh melalui penawaran Negotiable Certficate of Deposit. Selain itu, Bank Jateng mendapatkan manfaat dari supply chain dari para nasabah kontraktor atau rekanan Pemda.

Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno, menyampaikan kinerja perusahaan dalam kondisi sehat. Hal tersebut ditunjukkan dengan laporan keuangan per September 2019.

Aset perusahaan tercatat sebesar Rp76,44 triliun, tumbuh 16,47% yoy dari sebelumnya Rp 65,63 triliun. Namun, laba usaha terkoreksi menjadi Rp893 miliar dari sebelumnya Rp1,54 triliun.

“Pada 2019 kami masih optimistis mencapai target laba usaha Rp1,2 triliun, sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB)  yang telah di sepakati bersama antara Bank Jateng dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 3,” paparnya dalam siaran pers.

Sementara itu, non-performing loan (NPL) per September 2019 sebesar 2,98% atau Rp1,45 triliun. Ini salah satu indikator tingkat kesehatan bank (TKB), karena rasio itu di bawah ambang 5%.

Berdasarkan Peraturan OJK No. 15/POJK.03/2017 tanggal 4 April 2017 tentang Penetapan Status dan Tindak lanjut Pengawasan Bank Umum, ditetapkan bahwa batas tertinggi rasio kredit bermasalah (NPL) adalah sebesar 5%.

Program Digitalisasi

Sementara itu, Bank Jateng mendorong penerapan digitalisasi keuangan seiring dengan perkembangan transaksi non tunai (cashless).

Salah satu program yang menonjol adalah digitalisasi untuk mendorong penerimaan pajak daerah. Bank Jateng bekerja sama dengan Tokopedia, Shopee, Alfamart, Indomart dan PT Pos untuk menerima pembayaran PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) serta Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

Inisiasi Bank Jateng lainnya adalah membuka jaringan pembayaran pajak daerah melalui fintech dengan Gopay, OVO, Dana, dan Link Aja. Bahkan, pembayaran retribusi dapat melalui program e-retribusi, e-sampah dan e-spbu di beberapa daerah.

Program digitalisasi selanjutnya dari Bank Jateng ialah layanan Cash Management System (CMS) di Pemprov Jateng, dan 35 kabupaten/kota yang ada di wilayah Jateng. Dengan CMS pemerintah daerah bisa melakukan monitoring dan transaksi keuangan secara langsung setiap waktu.

“Implementasi program tersebut mampu mendorong kenaikan pendapatan daerah hingga 200%,” tutur Supriyatno.

Ketua Umum Asosiasi Bank Daerah (Asbanda) ini menambahkan dalam menjawab perubahan teknologi informasi yang begitu cepat, Bank Jateng tengah menyiapkan pembangunan layanan gerai digital (Digital Branch).

Model perbankan digital ini  bisa melakukan pelayanan pembukaan rekening tanpa karyawan. Dalam Digital Branch kegiatan pembukaan rekening dilakukan secara self service oleh para nasabah.

Program lain yang disiapkan adalah menyediakan aplikasi CRM (Cash Recycle Machine) agar nasabah dapat melakukan setoran dan tarik tunai tanpa harus melalui counter bank.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper