Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Jateng Terkontraksi hampir -6 Persen pada Triwulan II 2020

Perekonomian Jawa Tengah selama triwulan II 2020 terkontraksi hampir -6 persen (tepatnya -5,94%), padahal selama kuartal I 2020 masih mencatatakan pertumbuhan 2,61 persen.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah semester I 2020. Data: BPS Jateng
Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah semester I 2020. Data: BPS Jateng

Bisnis.com, SEMARANG - Perekonomian Jawa Tengah selama triwulan II 2020 terkontraksi hampir -6 persen (tepatnya -5,94%), padahal selama kuartal I 2020 masih mencatatakan pertumbuhan 2,61 persen.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Soekowardojo mengatakan, landemi Covid-19 telah memberikan dampak pada menurunnya aktivitas produksi dan konsumsi barang dan jasa yang terindikasi dari pelemahan ekonomi global dan menurunnya aktivitas ekonomi nasional dan Jawa Tengah sebagai dampak dari kebijakan pencegahan penyebaran pandemi Covid-19.

"Berbeda dari periode bulan puasa dan perayaan Idulfitri tahun-tahun sebelumnya, konsumsi rumah tangga tumbuh negatif pada periode laporan. Minimnya aktivitas di luar rumah menyebabkan konsumsi makanan dan minuman beserta sandang, mengalami penurunan," kata Soekowardojo melalui keterangan resminya Kamis (13/8/2020).

Dia menjelaskan hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia berupa Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) pada triwulan II 2020 tercatat berada pada level pesimis sebesar 68,60, jauh lebih rendah dari triwulan lalu sebesar 122,27. Hasil survei juga menunjukkan bahwa ketersediaan lapangan kerja mengalami penurunan indeks terdalam.

Selanjutnya, komponen investasi juga turut tertahan akibat para investor menunda berbagai rencana investasi hingga kondisi lebih kondusif. Aktivitas pemerintahan juga terhambat karena minimnya realisasi program kerja rutin.

"Selain itu, penurunan pendapatan pemerintah yang bersumber dari pajak ataupun retribusi, menyebabkan pemerintah harus melakukan penghematan anggaran seperti Tunjangan Hari Raya bagi para pegawai,"ujarnya

Dia menambahkan, ekspor luar negeri nonmigas yang menjadi andalan Jawa Tengah mengalami penurunan dengan tumbuh -21,7% (yoy). Hampir seluruh komoditas ekspor utama mengalami penurunan antara lain pakaian jadi, barang rajutan, kayu & barang dari kayu, perabot, dan alas kaki.

Ditinjau berdasarkan lapangan usaha utama, pertumbuhan negatif pada triwulan II 2020 terjadi pada Industri Pengolahan, Perdagangan, dan Konstruksi. Penurunan kinerja industri pengolahan tembakau, tekstil dan produk tekstil (TPT), kayu olahan, dan alas kaki terjadi akibat penurunan permintaan baik domestik maupun luar negeri.

"Selain akibat faktor produksi yang menurun, sektor perdagangan juga terpengaruh pusat perbelanjaan yang tidak beroperasi secara penuh dalam jangka waktu cukup lama selama triwulan II 2020," jelasnya.

Sementara itu, lanjut dia berbagai pembangunan infrastruktur juga turut mengalami penundaan sehingga sektor konstruksi tumbuh negatif. Meski ekonomi secara umum mengalami pertumbuhan negatif, beberapa lapangan usaha masih tumbuh positif seperti pertanian dan informasi dan komunikasi.

Pada triwulan II 2020, lapangan usaha pertanian mengalami perbaikan dengan tumbuh 2,15% (yoy) setelah mengalami kontraksi pada triwulan I 2020 akibat pergeseran masa panen. Lapangan usaha informasi dan komunikasi mencatat pertumbuhan tertinggi pada triwulan II 2020 sebesar 18,79% (yoy).

"Pertumbuhan tersebut didorong tingginya aktivitas digital dari tempat tinggal masyarakat. Kebutuhan internet mengalami peningkatan pesat untuk menunjang berbagai aktivitas yang dilakukan dari rumah baik kegiatan perkantoran, pendidikan maupun hiburan," katanya.

Menurutnya, aktivitas perekonomian mulai mengalami perbaikan sejak Juni 2020 disertai penerapan protokol kesehatan yang ketat. Namun, pemulihan perekonomian diperkirakan akan berlangsung secara bertahap. Dalam jangka pendek, permintaan domestik Jawa Tengah diperkirakan belum akan pulih sepenuhnya karena terbatasnya penghasilan.

"Anggaran bantuan sosial diharapkan dapat menjadi penahan laju turunnya konsumsi rumah tangga. Inovasi dari dunia industri dari skala kecil hingga besar diperlukan guna mengembalikan perekonomian Jawa Tengah mencapai titik optimal," tuturnya.

Pemanfaatan teknologi digital dalam melakukan kegiatan pemasaran dapat menjadi opsi terbaik. Selain itu, kegiatan produksi kebutuhan masyarakat seperti bahan makanan, barang-barang untuk mendukung hidup secara higienis, ataupun obat-obatan, dapat menjadi prioritas mengingat permintaannya yang masih akan tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper