Bisnis.com, SUKOHARJO - Lahan pertanian di empat kecamatan di Kabupaten Sukoharjo seluas 373 hektare gagal panen alias puso akibat luapan air Kali Langsur dan Sungai Situri saat musim penghujan. Para petani merugi besar hingga Rp820 juta saat masa tanam (MT) I.
Selama ini, air Kali Langsur yang melewati sejumlah daerah di wilayah Sukoharjo kerap meluap saat turun hujan lebat dengan intensitas tinggi.
Luapan Kali Langsur merendam rumah penduduk dan ratusan hektare lahan pertanian. Selain pendangkalan, sampah yang menumpuk mengakibatkan aliran sungai tak dapat mengalir lancar.
Lahan pertanian yang terendam air luapan Kali Langsur tersebar di empat daerah yakni Kecamatan Weru, Bulu, Tawangsari dan Sukoharjo. Lahan pertanian di empat daerah itu yang terendam genangan air seluas 470 hektare.
Namun, hanya 373 hektare lahan pertanian yang dipastikan puso.
“Tanaman padi di areal persawahan seluas 97 hektare masih bisa diselamatkan dan bisa dipanen. Meskipun, tidak maksimal karena sebagian batang tanaman padi terendam genangan air,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo, Netty Harjianti, saat ditemui wartawan di sela-sela pemberian benih tanaman padi di aula Kantor Kecamatan Sukoharjo, Jumat (5/3/2021).
Baca Juga
Netty menyebut para petani di empat daerah itu memulai mengolah sawah saat awal MT I pada Februari. Mereka baru saja menanam benih padi pada beberapa pekan lalu. Rata-rata tanaman padi yang terendam genangan air berumur 20 hari-40 hari.
Akibat lahan pertanian tergenang air luapan Kali Langsur para petani merugi besar.
“Kami sudah menghitung nilai kerugian petani yang tak bisa memanen pada MT I. Kira-kira total nilai kerugian Rp820 juta. Ini cukup besar bagi para petani,” ujar dia.
Kemudian, Netty mengajukan proposal bantuan benih padi ke Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah. Bantuan benih padi yang diberikan kepada para petani sebanyak 9.325 kilogram di lahan seluas 373 hektare.
Jumlah petani yang menerima bantuan benih padi sebanyak 1.100 orang yang tergabung dalam sembilan kelompok tani.
Lebih jauh, Netty telah mengirim surat ke Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) terkait permintaan normalisasi Kali Langsur.
Sejatinya, desakan agar Kali Langsur dinormalisasi mencuat pada 2016 lalu. Kala itu, luapan air Kali Langsur merendam sebagain wilayah Kecamatan Sukoharjo.
“Pengerukan sedimen dan normalisasi Kali Langsur merupakan wewenang BBWSBS. Kami sudah mengirim laporan karena sifatnya mendesak agar lahan pertanian tak lagi tergenang air,” papar dia.
Seorang petani asal Desa Tegalsari, Kecamatan Weru, Suparno, mengatakan para petani tak bisa berbuat banyak setelah tanaman padi gagal dipanen akibat tergenang air. Mereka hanya mengandalkan bantuan benih padi dari pemerintah.
Para petani segera menanam benih padi agar bisa dipanen pada tiga bulan-empat bulan mendatang. Selain persoalan benih padi, Suparno meminta agar pemerintah mengatasi problem kesulitan pupuk bersubsidi yang dihadapi petani saat awal masa tanam.