Bisnis.com, YOGYAKARTA – Penggunaan GeNose C19 sebagai alat skrining Covid-19 pada sektor transportasi telah dihentikan. Meskipun demikian, anggota Tim Peneliti dan Pengembang GeNose C19, Dian Kesumapramudya Nurputra, mengatakan bahwa sejumlah sektor masih menggunakan GeNose untuk membantu proses skrining.
“Yang tidak dipakai sementara itu hanya di transportasi. Sementara yang di rumah sakit dan berbagai perusahaan, GeNose C19 masih terus dipakai. Saat ini kami masih terus mengevaluasi data hasil tes yang masuk melalui alat, juga kualitas pelayanannya. Proses validasi eksternal oleh Universitas Airlangga dan Universitas Indonesia juga masih jalan,” jelas Dian, Senin (12/7).
Dian juga mengungkapkan bahwa terjangkaunya biaya pemeriksaan menggunakan GeNose menjadi salah satu alasan utama penggunaan alat tersebut. “Dengan harga per unit [GeNose] kurang lebih Rp70 juta dan dapat digunakan ratusan kali. Dengan begitu, tarif layanan GeNose yang berkisar Rp30.000 – Rp50.000 sangat terjangkau masyarakat. Bagi penyedia layanan, tarif murah juga akan sangat menarik dari aspek bisnisnya,” ungkapnya.
Dalam keterangan resminya, Dian mengungkapkan bahwa sejak Februari 2021, GeNose C19 telah lolos uji konsep dan uji klinis. Saat ini, pihaknya tengah menjalani uji pasca pemasaran atau uji validasi eksternal.
Ide pengembangan alat skrining Covid-19 dengan metode analisis napas seperti GeNose C19 juga terus dikembangan di berbagai negara, seperti di Amerika Serikat, Israel, Singapura, Belanda, dan Perancis.
“Tetapi sekali lagi, desain keenam negara itu berbeda-beda. Sementara alat serupa di negara lain napas disemburkan langsung ke alat. GeNose C19 tidak. Metode semburan langsung itu memiliki kekurangan dan kelebihan dari sisi medis,” jelas Dian.
Baca Juga
Sebelumnya, Juru Bicara Tim GeNose, M. Saifudin Hakim, menyebutkan bahwa tingkat akurasi pemeriksaan menggunakan alat tersebut masih cukup tinggi. “Akurasi GeNose sampai saat ini masih di angka 93-94 persen dan akan terus kita tingkatkan,” jelasnya.
Hakim menyebutkan bahwa untuk meningkatkan akurasi, sejumlah pengembangan akan terus dilakukan, terutama pada sistem kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang dimiliki. “GeNose C19 ini ibarat hidung sekaligus otak elektronik. Jika keduanya dilatih terus secara serempak, kita akan memiliki teknologi inovatif yang praktis, simpel, dan tepat,” jelasnya.