Bisnis.com, KLATEN – Pemerintah Kabupaten Klaten menunjuk 10 desa sebagai percontohan pelaksanaan Program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) pada tahun 2021. Acara seremonial pembukaan program tersebut dilakukan di Desa Gemblegan, Kecamatan Kalikotes, pada Jumat (20/8/2021).
“Kami mempersiapkan 10 desa dengan kampung KB-nya (Keluarga Berencana) untuk melaksanakan Program Dashat menjadi Kampung Keluarga Berkualitas. Jadi program ini akan berkelanjutan,” jelas Muhamad Nasir, Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan, Perlindungan Perempuan, Anak, dan Keluarga Berencana (Dinsos-P3AKB) Kabupaten Klaten, seperti dikutip dari klatenkab.go.id.
Nasir menyebutkan bahwa program tersebut bakal dilaksanakan secara berkelanjutan. Nantinya, akan diberikan pendampingan kepada masyarakat untuk dapat mengentaskan Stunting. Program tersebut juga bakal dilaksanakan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Desa.
Hasto Wardoyo, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), berharap agar program tersebut dapat secara efektif menurunkan angka stunting di Kabupaten Klaten.
“Program Dashat ini guna membangun generasi bebas stunting khususnya melalui perbaikan gizi di 1.000 hari pertama kehidupan. Para orang tua harus pintar dan fokus mempersiapkan bayi. Tidak harus dengan makanan mahal. Ikan, telur, dan makan lokal sebetulnya cukup dan tidak harus dengan makan cepat saji,” jelas Hasto.
Sebagai langkah awal mengentaskan stunting, Hasto juga berpesan agar setiap elemen masyarakat dapat terlibat aktif dalam program tersebut. “Semua potensi harus terlibat, baik TP PKK, Kepala Desa, Camat, Bupati, khususnya kader penyuluh sendiri,” tambahnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase balita pendek di Indonesia pada tahun 2016 hingga 2018 masih berkisar di angka 19 persen. Pada tahun 2016, persentasenya mencapai 18,97 persen. Naik di tahun 2017 hingga di 19,8 persen, dan kemudian turun tipis di angka 19,3 persen pada 2018.
Meskipun demikian, pada periode yang sama, persentase balita dengan ukuran sangat pendek di Indonesia justru terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2016, angkanya mencapai 8,57 persen, terus naik hingga 11,5 persen pada 2018.
Di Jawa Tengah sendiri, pada tahun 2018, sebanyak 20,1 persen balita yang lahir berukuran pendek. Sedangkan, balita berukuran sangat pendek tercatat sebanyak 11,2 persen dari keseluruhan angka kelahiran.
Pada Februari 2020, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mencatat jumlah kasus stunting atau gagal tumbuh pada balita berada di angka 14,9 persen. Ada 3 wilayah di Jawa Tengah dengan persentase stunting yang cukup tinggi, wilayah tersebut antara lain Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Rembang.