Bisnis.com, SEMARANG – Desa Tambak Lorok, Kelurahan Tanjung Emas, Kecamatan Semarang Utara kembali digenangi air rob pada Jumat (12/8/2022) pagi.
Slamet Ari Nugroho, warga Tambak Lorok sekaligus Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Jawa Tengah mengonfirmasi hal tersebut.
"Betul terjadi banjir. Hari ini besar, kemarin tidak begitu besar. Ketinggian air tergantung rendah tingginya jalan," jelas Ari ketika dihubungi Bisnis pada Jumat (12/8/2022).
Banjir tersebut diperkirakan akibat tingginya pasang laut yang terjadi. Berdasarkan data Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang, pengamatan langsung yang dilakukan pada pukul 08.00 WIB mencatat ketinggian pasang laut mencapai 1,7 meter. Hingga pukul 15.00 WIB, pasang dilaporkan sudah surut dengan ketinggian 1,2 meter.
Pasang laut pada Jumat pagi itu telah melampaui ketinggian rata-rata pada bulan Agustus yang hanya berkisar di 1,3 meter. Jika melihat data sebelumnya, ketinggian pasang laut tak jauh berbeda dengan kondisi pada 27 Mei 2022 lalu.
Pada periode tersebut, ketinggian laut yang dilaporkan mencapai 1,7 meter serta jebolnya tanggul di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas menyebabkan terjadinya bencana banjir rob.
Pemerintah Kota Semarang berjanji bakal menangani hal tersebut. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyebut pihaknya telah berkoordinasi dengan Pelindo untuk membangun tanggul laut di kawasan pelabuhan hingga Desa Tambak Lorok.
Proyek itu disebut-sebut bakal menelan anggaran hingga Rp300 miliar. Dimana pengerjaannya diperkirakan baru bakal rampung pada 2023 nanti.
Pada perkembangan lainnya, gelombang tinggi tak hanya terjadi di pesisir utara Pulau Jawa. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Kamis (11/8/2022) lalu juga mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di pesisir selatan.
Dalam peringatan tersebut, BMKG menyebut gelombang setinggi 2,5-4 meter berpeluang terjadi di Samudera Hindia selatan Pulau Jawa, perairan Cilacap, perairan Kebumen-Purworejo, serta perairan Yogyakarta.
"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada," jelas Prakirawan BMKG, Samuel R. Adiprabowo.