Bisnis.com, Semarang - Kolaborasi antar instansi menjadi kunci keberhasilan bagi Grand Batang City atau Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB).
Kawasan industri plat merah berstatus Proyek Strategis Nasional (PSN) itu memang mustahil buat dikebut pembangunannya tanpa campur tangan dari banyak pihak, mulai pemerintah daerah, pemerintah pusat, serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Terima kasih kepada pemerintah yang untuk pertama kalinya dengan cepat mampu menyediakan infrastruktur yang luar biasa di KITB ini. Sehingga betul-betul bisa meyakinkan investor bahwa kita tidak sedang jual gambar, seeing is believing, jadi dia lihat barangnya itu ada," jelas Direktur Utama KITB, Ngurah Wirawan.
Ada beberapa infrastruktur penunjang yang digarap keroyokan di KITB. Sebut saja fasilitas rumah susun, Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), hingga Penyediaan Air Baku Batang yang digarap oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Akses jalan tol lengkap dengan gerbang tol yang menghubungkan KITB dengan Tol Trans Jawa, stasiun kereta api, serta pelabuhan yang dalam waktu dekat bakal beroperasi secara penuh juga merupakan buah dari kolaborasi tersebut.
Proses pembangunan memang relatif cepat. Ngurah menyebut, dari inisiasi yang dicanangkan Presiden Joko Widodo pada Juni 2020. KITB yang berdiri di atas lahan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX bisa disulap menjadi kawasan industri kelas dunia yang siap menyerap Penanaman Modal Asing (PMA).
Ditargetkan, dengan persiapan yang telah dilakukan itu, KITB bisa mulai beroperasional pada Juni 2024, genap empat tahun sejak perencanaan awal.
"Untuk kami, ini merupakan sebuah target pencapaian yang kami harapkan menjadi milestone yang cukup membanggakan bagi pemerintahan Joko Widodo-Maruf Amin, bahwa sama seperti jalan tol yang bisa selesai dalam lima tahun, Batang juga bisa selesai dalam empat tahun," jelas Ngurah.
Tentunya, upaya kolaborasi terus diharapkan KITB buat merealisasikan visi pemerintah akan kawasan industri kelas dunia yang kompetitif. Harapannya tak lain demi peningkatan kesejahteraan masyarakat serta perbaikan ekonomi baik di tingkat daerah maupun nasional.
"Karena targetnya kami harus sebesar-besarnya menyerap Foreign Direct Investment (FDI), kami berharap mitra usaha lokal baik teman-teman KADIN, HIPMI, bisa pintar-pintar mengundang investor asing untuk masuk dan memanfaatkan fasilitas yang sudah disediakan pemerintah ini," jelas Ngurah.
Menurut Ngurah, dengan kolaborasi, sinergi, dan kerja sama yang kuat antara pengusaha lokal dengan pengusaha asing, Indonesia khususnya Jawa Tengah bisa bersaing dengan negara-negara tetangga yang kini menjadi tujuan investasi pada sektor manufaktur.
Beberapa negara di Asia Tenggara yang jadi kompetitor Indonesia antara lain Vietnam, Thailand, dan Malaysia.
"Jangan sampai kita kalah sama Kamboja. Itulah yang menjadi harapan kami, sehingga Batang siap beroperasi tahun depan. Batang siap mengakomodasi kerja sama lokal dan asing dan sebesar-besarnya. FDI bisa masuk menciptakan lapangan kerja dan menciptakan produk ekspor yang berkualitas dari kawasan ini," jelas Ngurah.
Liputan ini merupakan bagian dari program Jelajah Investasi Jawa Tengah 2023: Daulat Pangan dan Energi. Program tersebut terselenggara berkat dukungan dari para sponsor yakni Grand Batang City, PT PLN Persero, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah, Nasmoco, XL Axiata, serta PT Jamkrida Jateng.