Bisnis.com, SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berupaya untuk memperkenalkan budaya industri kepada para calon pekerja. Pasalnya, ada perbedaan signifikan antara budaya agaris tradisional dengan budaya industri.
"Tidak mudah untuk masuk ke industri. Jam kerjanya ketat, tidak boleh bawa handphone, yang tadinya agraris ke industri kan budaya yang perlu disampaikan," jelas Sakina Rosellasari, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Tengah dikutip, Senin (13/11/2023).
Sakina menjelaskan bahwa saat ini pemerintah daerah dan pemerintah pusat telah bersinergi untuk menyiapkan tenaga kerja dengan kompetensi yang dibutuhkan industri. Harapannya, langkah tersebut bisa memuluskan arus investasi baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ke Jawa Tengah.
"Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) saya yakin, karena Jawa Tengah ini memiliki sekolah kejuruan, vokasi, itu yang cukup banyak sekitar 3000-an. Kemudian ada Balai Latihan Kerja (BLK), kemudian pemerintah juga ada tempat pelatihan khusus alas kaki dan garmen yang bisa melatih dalam jumlah yang cukup banyak, ribuan dalam kurun periode tertentu, ini menunjukkan bahwa Jawa Tengah siap untuk apapun," jelas Sakina saat ditemui wartawan.
Lebih lanjut, Sakina menyampaikan bahwa sampai saat ini, investasi pada sektor padat karya masih terus membanjiri Jawa Tengah. Meskipun nilainya tidak besar, namun jumlah proyek investasi tersebut relatif banyak.
"Ini menunjukkan Jawa Tengah daya tarik untuk investasi tinggi. Manufaktur pada segala sektor, dari labour intensive menjadi capital intensive itu juga sudah mulai ada transisi," jelas Sakina.
Baca Juga
Selain faktor tenaga kerja, Sakina menambahkan bahwa faktor akses transportasi dan infrastruktur pendukung masih jadi pertimbangan investor ketika ingin menanamkan modalnya. DPMPTSP Provinsi Jawa Tengah sendiri berupaya buat bisa menawarkan kawasan tengah dan selatan Jawa Tengah supaya bisa menerima lebih banyak investor.
"Pelaku usaha melihatnya dari kacamata toll road, akses, yang jadi pertimbangan," tambahnya.
Adapun hingga Kuartal III/2023, realisasi investasi di Jawa Tengah masih didominasi oleh sektor padat karya seperti alas kaki atau sepatu, garmen, juga tekstil. Nilai investasi pada periode tersebut sudah mencapai Rp41,29 triliun dimana Rp24,14 triliun berasal dari PMDN dan PMA sebesar Rp17,15 triliun.