Bisnis.com, SEMARANG — Jelang Bulan Suci Ramadan, permintaan untuk sejumlah komoditas pangan diproyeksikan mengalami peningkatan. Tren peningkatan permintaan secara musiman itu coba diantisipasi oleh Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Tengah lewat beberapa strategi.
Rahmat Dwisaputra, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Jawa Tengah, menyampaikan bahwa koordinasi antar-TPID se-Jawa Tengah telah dilakukan pada pekan lalu.
"Apa yang kami lakukan di tahun lalu akan terus kami lakukan di tahun ini. Yaitu Gerakan Pangan Murah, memastikan sarana dan prasarana pertanian, kami juga ada penanaman di off season," jelas Rahmat pada Senin (17/2/2025).
Penanaman di luar musim dilakukan untuk memastikan ketersediaan sejumlah komoditas pangan saat terjadi peningkatan permintaan. Rahmat mengungkapkan, beberapa komoditas yang perlu diwaspadai kenaikan harganya antara lain beras, cabai merah, serta cabai rawit.
Kenaikan harga pada komoditas pertanian itu tak cuma disebabkan oleh peningkatan permintaan saat Bulan Suci Ramadan, tapi juga disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di awal tahun.
"Cabai merah, cabai rawit, [itu] menjadi volatile food. Apalagi kita menghadapi puasa, maka cabai ini menjadi perhatian TPID untuk menjaga ketersediaannya," ucap Rahmat kepada wartawan di Kota Semarang.
Baca Juga
Inflasi Turun
Sebelumnya, Jawa Tengah tercatat mengalami inflasi sebesar 0,46% secara month-to-month (MtM) pada Januari 2025. Deflasi tersebut utamanya disebabkan oleh potongan harga tarif listrik serta penurunan harga pada komoditas telur ayam ras, mobil, serta tarif kereta api.
Rahmat menyampaikan bahwa tekanan inflasi mengalami penurunan di sembilan kota pemantauan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Tengah.
Endang Tri Wahyuningsih, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, pada 3 Februari 2025 menyampaikan bahwa untuk harga telur ayam ras, pergerakan harga disebabkan oleh mulai meredanya kenaikan permintaan yang melonjak jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) lalu. Sementara itu, diskon pada beberapa jenis mobil, serta insentif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) ikut berkontribusi pada laju deflasi di bulan Januari 2025 lalu.
"Inflasi year-on-year (YoY) tercatat sebesar 1,28%, jauh di bawah inflasi yoy pada Januari 2024 yang tercatat sebesar 2,69%. Kelompok makanan, minuman, dan tembkau memberikan adil inflasi terbesar. Utamanya oleh kenaikan harga minyak goreng, kemudian beras, kopi bubuk, cabai rawit, serta susu kental manis," jelas Endang.