Bisnis.com, SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus mengintensifkan kolaborasi dengan para pengembang perumahan guna menekan angka kekurangan atau backlog perumahan yang saat ini mencapai 324.000 unit.
Dalam satu tahun ke depan, ditargetkan sebanyak 18.000 rumah baru akan dibangun untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal masyarakat, dengan wilayah penyangga Kota Semarang menjadi kawasan unggulan dalam pengembangan tersebut.
Komitmen tersebut ditegaskan Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dalam pembukaan pameran perumahan bertajuk Jateng Omah Expo 2025 di Semarang, Senin (19/5/2025). Dalam sambutannya, Luthfi menyatakan optimisme terhadap potensi pengembangan perumahan di Jawa Tengah. "Saya yakin dan percaya, potensi wilayah kita besar, harga tanah terjangkau," ucap Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi ketika memb (19/5/2025).
Acara pameran yang digelar Forum Komunikasi Developer Jawa Tengah bersama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah itu menjadi salah satu strategi untuk mempertemukan masyarakat selaku konsumen dengan produsen perumahan. Luthfi menilai bahwa forum semacam ini sangat efektif dalam mendorong percepatan transaksi perumahan, baik di segmen subsidi maupun non-subsidi.
"Di Jawa Tengah, kebutuhan perumahan ini sangat besar sekali. Terbukti saat kami melakukan pengecekan di beberapa stan, baik rumah subsidi maupun tidak, rata-rata per hari ini laku 15-16 rumah. Artinya, pameran ini sangat mendukung sekali terjadinya transaksi," ujar Luthfi.
Pameran itu diikuti oleh 24 pengembang perumahan di Jawa Tengah, baik perumahan subsidi maupun komersil. Luthfi mengungkapkan bahwa pihaknya bakal memperbanyak kegiatan semacam itu sebagai bentuk dukungan pemasaran sekaligus upaya memenuhi kebutuhan perumahan masyarakat.
Baca Juga
Koordinator Forum Komunikasi Developer Jawa Tengah, Eko Purwanto, menyampaikan bahwa pada tahun 2024 silam para pengembang di Jawa Tengah berhasil memenuhi 14.000 kebutuhan rumah baru. Melalui kegiatan Jateng Omah Expo 2025, diharapkan target 18.000 rumah baru dapat dipenuhi pada tahun ini.
Eko menambahkan bahwa prospek capaian target tahun ini didukung oleh kebijakan terbaru pemerintah terkait rumah subsidi. Penyesuaian batas penghasilan maksimal penerima rumah subsidi dari Rp8 juta menjadi Rp10 juta dinilai akan memperluas segmen pasar yang dapat mengakses program tersebut.
"Kendalanya saat ini memang saat ini perekonomian kita lagi lesu. Itu sebagai tantangan bagi kami untuk tetap bergerak sehingga kebutuhan rumah sendiri kami genjot untuk terserap secara maksimal," jelas Eko saat ditemui wartawan.