Bisnis.com, SEMARANG - Selain penyusutan lahan pertanian, penurunan produktivitas padi di Jawa Tengah juga disebabkan oleh pergeseran masa tanam dan kemungkinan sawah tidak ditanami padi.
Kepala BPS Jateng Sentot Bangun Widoyono mengungkapkan bahwa temuan-temuan di lapangan memperkuat dua variabel penyebab menurunnya produksi padi di Jawa Tengah.
"Ada sawah yang mestinya ditanami tetapi ditanami yang lain. Ada juga sawah yang tidak sama produktivitasnya dalam satu periode,"ungkap Sentot, Selasa (3/3/2020).
Sentot menambahkan untuk persoalan kedua, bisanya terjadi karena pergeseran musim tanam. Sebagai contoh, tahun 2018 terjadi musim kemarau yang berkepanjangan. Kondisi ini mengakibatkan pergeseran musim tanam.
Kendati demikian, Sentot menuturkan bahwa ada banyak aspek yang mempengaruhi produksi padi di Jateng. Banyaknya variabel ini membuat pihaknya tak bisa menjawab persoalan ini secara spesifik.
"Ini faktornya banyak, jadi enggak bisa satu persatu jawabnya," tegasnya.
Seperti diketahui alih fungsi lahan untuk investasi berpotensi mengurangi areal sawah di Jawa Tengah. Kondisi ini dipeparah dengan upaya revisi peraturan daerah atau perda tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang berpotensi mengubah status lahan pertanian menjadi kawasan di luar pertanian.
Data Kantor Wilayah Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN Jateng menunjukkan penyusutan lahan baku sawah di Jateng lebih cepat dibandingkan provinsi lain di Pulau Jawa. Total penyusutan lahan baku sawah di Jateng selama 2013 – 2019 mencapai 54.113 hektare.
Sementara, provinsi lain yang memiliki luas lahan pertanian luas seperti Jawa Barat dan Jawa Timur, luas lahan baku sawah justru naik masing-masing 12.452 hektare dan 130.631 hektare.
Data Badan Pusat Statisik (BPS) Jateng yang baru saja dirilis mengonfirmasi, luas panen di padi di Jateng pada 2019 hanya seluas 1,68 juta hektare atau menyusut 143.500 hektare (7,88%) dibanding tahun 2018. Penyusutan luasan panen ini juga berimbas pada produktivitas padi di Jateng yang pada 2019 hanya 9,66 juta atau tutun 8,04% dibandingkan dengan tahun lalu.
BPS juga mencatat jika produksi padi tersebut dikonversikan, dari luasan lahan dan produktivitas padi tersebut, maka produksi beras di Jateng pada 2019 diperkirakan hanya 5,52 juta ton. Jumlah ini juga tercatat mengalami penurunan dibandingkan tahun 2028 sebanyak 480.000 ton atau 8,04%.
Kepala BPS Jateng Sentot Bangun Widoyono mengungkapkan bahwa pada 2018 tiga daerah dengan produksi padi tertinggi di Jateng yakni Grobogan, Cilacap, dan Demak. Namun pada 2019, tiga daerah ini terctat mengalami penurunan produksi padi.