Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petani Muda Boyolali Raup Untung dari Sistem Pertanian Organik

Secara ekonomis, harga jual produk yang dihasilkan bisa lebih tinggi dibandingkan sistem konvensional.
Hendratul Mustaqim, petani muda asal Kabupaten Boyolali, mengaku lebih diuntungkan dengan sistem pertanian organik. /Bisnis-Muhammad Faisal Nur Ikhsan.
Hendratul Mustaqim, petani muda asal Kabupaten Boyolali, mengaku lebih diuntungkan dengan sistem pertanian organik. /Bisnis-Muhammad Faisal Nur Ikhsan.

Bisnis.com, SALATIGA - Petani-petani muda di Kabupaten Boyolali mulai menggandrungi sistem pertanian organik. Hendratul Mustaqim, salah seorang petani, mengungkapkan cara menanam organik punya sejumlah keunggulan.

"Secara ekonomis, harga jual produk yang dihasilkan bisa lebih tinggi dibandingkan sistem konvensional," ujarya saat ditemui tim Jelajah Investasi Jateng 2023 Bisnis Indonesia pada Jumat (6/7/2023).

Kesimpulan itu didapatnya setelah menjajal sistem pertanian konvensional. Setelah beralih ke sistem organik, Hendratul mengaku enggan untuk kembali ke cara lama. Salah satu alasannya, sistem organik membuka lebih banyak kesempatan buat belajar hal baru. "Bertani jadi tidak monoton," ungkapnya.

Hendratul bergabung ke dalam Aliansi Petani Padi dan Palawija Organik Boyolali (Appoli) dan bertugas sebagai Pengawas Mutu Internal. Selain dirinya, masih banyak anak muda Boyolali yang mulai tertarik terjun ke dunia pertanian.

"Sudah ada perkumpulan petani muda yang antusias untuk belajar. Meskipun tidak semuanya bertani padi organik, ada yang punya minat di kopi, tembakau, beragam lah, ada yang fokus ke pengembangan green house juga," jelas Hendratul.

Bagi Hendratul, anggapan bahwa pertanian masih kurang menguntungkan dibandingkan pekerjaan lain tidak sepenuhnya benar. Faktanya, jika digeluti secara serius, sektor pertanian masih cukup prospektif buat digarap.

"Bagi saya sendiri, semakin banyak pemuda yang enggan jadi petani maka semakin besar peluang untungnya. Karena kompetitor saya semakin berkurang," jelasnya.

Hendratul bisa saja memulai karir di bidang hukum, sesuai dengan gelar pendidikan tinggi yang dikantonginya. Namun, bagi pria itu, ada kedekatan personal antara dirinya dengan lahan pertanian. Mengingat latar belakang orang tuanya yang lebih dulu menjadi petani. Juga pengalamannya buat menggarap ladang sejak usia dini.

"Respons orang tua dan teman-teman di sekitar sangat positif. Terlebih, sudah jarang yang menekuni pertanian di daerah saya. Bertani dianggap merugikan diri sendiri, padahal menurut saya tidak begitu," jelasnya.

Hendratul menyebut, selama masih ada kebutuhan makanan, maka akan selama itu pula sektor pertanian masih dibutuhkan. Anak muda, dalam hal ini, punya peran buat mengolah bahan makanan sendiri. "Syukur kalau tahu sampai ke cara pengolahan yang baik dan benar, apalagi sampai memperhatikan kondisi ekosistem di sekitarnya," jelasnya.

Liputan ini merupakan bagian dari program Jelajah Investasi Jawa Tengah 2023: Daulat Pangan dan Energi. Program tersebut terselenggara berkat dukungan dari para sponsor yakni Grand Batang City, PT PLN Persero, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah, Nasmoco, XL Axiata, serta PT Jamkrida Jateng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper